top of page
Search

Konferensi Iklim Terbesar di Dunia: COP 26

To read this article in English, click here!


Sejak Oktober 2021 lalu, artikel, berita, serta media sosial yang berkaitan dengan lingkungan selalu dipenuhi oleh COP, COP, dan COP lagi. Apakah memang sangat penting sehingga perhatian semua orang tertuju pada COP 26? Jawabannya, tentunya, iya; COP 26 merupakan konferensi tingkat dunia yang sangat penting dan berhak (atau malah wajib) menjadi perhatian dan dikawal oleh orang-orang di segala penjuru dunia. Conference of Parties(COP) merupakan konferensi tahunan yang berjalan di bawah United Nations Framework Conventions on Climate Change. COP tahun 2021 menjadi COP ke-26 yang sudah dilakukan sejak tahun 1955.


The United Nations

Foto oleh Padrinan di Pixabay


 

Hampir seluruh negara di berbagai belahan dunia yang berpartisipasi pada konferensi ini akan berunding dan bernegosiasi untuk membuat aksi dan komitmen lebih lanjut untuk memerangi perubahan iklim. Konferensi tahun ini punya urgensi yang lebih tinggi karena Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengeluarkan laporan – Kode Merah untuk Kemanusiaan. Setidaknya, terdapat 4 tujuan yang perlu dicapai di COP 26 [1]:


1. Tercapainya net-zero global pada pertengahan abad dan menjaga 1,5° Celsius dalam jangkauan

Sayangnya, dunia saat ini sedang berada di luar jalur untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C. Kalau kita tidak mengubah apapun yang kita lakukan sekarang, suhu atmosfer akan terus meningkat dan menyebabkan lebih banyak bencana alam lagi. Untuk menghindarinya, negara-negara di dunia diharapkan untuk menetapkan sasaran/tujuan yang lebih ambisius lagi untuk pengurangan emisi di tahun 2030 – merevisi Nationally Determined Contributions (NDC) yang sudah dibuat pada tahun 2015.


2. Beradaptasi untuk melindungi komunitas dan habitat alami

Walaupun kita sudah mencoba mengurangi emisi kita, iklim sudah berubah. Sudah cukup banyak negara dan komunitas yang sangat terpengaruh oleh perubahan iklim. Seluruh negara di dunia harus bekerja sama untuk menanggulangi hal ini serta membangun infrastruktur untuk ketangguhan (resilience), seperti perlindungan banjir, sistem peringatan dini dari bencana, dan tentunya, melindungi dan memulihkan habitat alami.


3. Mobilisasi Keuangan

Negara-negara maju harus merealisasikan janji mereka untuk mengumpulkan $100 setiap tahunnya untuk membantu negara-negara berkembang untuk memerangi perubahan iklim. Mengelola dampak dan penyebab perubahan iklim yang meningkat tentu akan membutuhkan sumber daya dan usaha yang lebih banyak lagi.


4. Bekerja sama untuk mencapai tujuan

Terakhir, kolaborasi antarnegara di seluruh dunia akan diperlukan untuk memastikan tercapainya ketiga tujuan lainnya. Peraturan yang lebih detil yang disebut sebagai “Paris Rulebook” akan difinalisasi juga di COP 26.


Indonesia, negara tercinta kita, juga terlibat di COP 26, lho! Bahkan, Joko Widodo alias Jokowi sempat menyampaikan pidatonya di COP 26 hari Senin yang lalu (01/11) [2]. Di pidato itu, Jokowi menjelaskan bagaimana usaha Indonesia yang sudah dilakukan untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan juga kemajuannya di berbagai sektor yang sudah baik. Sektor-sektor tersebut meliputi pengurangan laju deforestasi dan pengembangan penggunaan energi-energi terbarukan. Kemajuannya terdengar bagus bukan? Walaupun begitu, kritik-kritik juga disampaikan oleh berbagai elemen masyarakat terhadap pidato yang disampaikan oleh Jokowi, seperti misalnya bagaimana pidato tersebut tidak merefleksikan ambisi untuk menangani krisis iklim dan juga data yang tersedia yang berkebalikan dengan isi pidato Jokowi [3].


Bagaimana kalau menurut kamu? Apa opini kamu mengenai COP 26 dan pidato Jokowi? Berikan komentar kamu agar kita bisa berdiskusi bersama-sama!


 

Referensi:

0 comments
bottom of page